Rabu, 18 September 2013

Penyakit-Penyakit pada hewan ternak



 
 Penyakit yang di sebabkan oleh virus
·         Rabies/Rhabdovirus (anjing gila, sebagian menyerang kucing)
·         Rous Sarcoma virus/RSV dan Bovine Papillomavirus (tumor pada ayam dan hewan lainnya)
·         New Castle Desease (tatelo pada ayam)
·         Penyakit mulut dan kuku (menyerang ternak)
Penyakit yang di sebabkan oleh bakteri
*Bacillus anthracis
Merupakan bakteri penyebab penyakit antrax, yang biasanya menyerang hewan ternak. Namun pada perkembangannya penyakit tersebut dapat menular ke manusia melalui luka, inhalasi dan juga makanan.
Pencegahan terhadap penularan penyakit ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. pendidikan kesehatan agar pekerja di peternakan berhati-hati untuk menghindari terjadinya luka atau lecet dan menghindari kontaminasi luka/ lecet tersebut dengan bakteri.
b. Meningkatkan hygiene pribadi
c. Penggunaan masker dan alat-alat pengaman yang lain bagi pekerja yang bekerja di peternakan.
d. Vaksinasi
e. Meningkatkan daya tahan tubuh.

PROTOZOA
Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu filum dari Kingdom Protista. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan menggunakan organel-organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan mitokondria. Ciri-ciri umum :
  • Organisme uniseluler (bersel tunggal)
  • Eukariotik (memiliki membran nukleus)
  • Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
  • Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)
  • Hidup bebas, saprofit atau parasit
  • Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup
  • Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela[3]
Ciri-ciri prozoa sebagai hewan adalah gerakannya yang aktif dengan silia atau flagen, memili membrane sel dari zat lipoprotein, dan bentuk tubuhnya ada yang bisa berubah-ubah. Adapun yang bercirikan sebagai tumbuhan adalah ada jenis protozoa yang hidup autotrof. Ada yang bisa berubag-ubah. Adapun yang mencirikan sebagai sebagai tumbuhan adalah ada jenis protozoa yang hidup autotrof. Perkembangbiakan bakteri dan amuba Perkembangbiakan amuba dan bakteri yang biasa dilakukan adalah dengan membela diri. Dalam kondisi yang sesuai mereka mengadakan pembelahan secara setiap 15 menit. Peristiwa ini dimulai dengan pembelahan inti sel atau bahan inti menjadi dua. Kemudian diikuti dengan pembelahan sitoplasmanya, menjadi dua yang masing=masing menyelubungi inti selnya. Selanjutnya bagian tengah sitoplasma menggenting diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Akhirnya setelah sitoplasma telah benar-benar terpisah, maka terbentuknya dua sel baru yang masing=masing mempunyai inti baru dan sitoplasma yang baru pula. Pada amuba bila keadan kurang baik, misalnya udara terlalu dingin atau panas atau kurang makan, maka amuba akan membentu kista. Didalam kista amuba dapt membelah menjadi amuba-amuba baru yang lebih kecil. Bila keadaan lingkungan telah baik kembali, maka dinding kista akan pecah dan amuba-amuba baru tadi dapat keluar. Selanjudnya amuba ini akan tumbuh setelah sampaipada ukuran tertentu dia akan membelah diri seperti semula.[1]

  1. THRUSH (Candidiasis, Moniliasis, Sour Crop)
Penyakit ini menyerang pada saluran pencernaan unggas dengan karakteristik penebalan dan plak putih pada mukosa khususnya pada tembolok, bisa juga pada proventrikulus, usus, dan kloaka yang berhubungan dengan keropeng ampela/gizzard erotion.
Penyebabnya adalah jamur Candida Albicans, dengan angka kematian dan kesakitan yang diderita rendah.
Penyakit ini bermula pada oral/mulut unggas, yang terjadi akibat penyakit ini adalah stress dan gizi yang jelek, dengan gejala klinis berupa nafsu makan menurun, ayam lesu, gangguan pada pertumbuhan dan diare. Lesio Post Mortum yang sering ditemukan adalah terdapatnya plak putih dalam mulut, esophagus, tembolok, lambung kelenjar dan usus.
Pengobatan menggunakan Nystatin (100 ppm dalam campuran pakan) selama 7-10 hari, cupri sulfat (1 kg/ton pakan) selama 5 hari atau kupri sulfat 1gr/2 liter air minum selama 3 hari pemberian
Pencegahan dengan menghindari penggunaan antibotik secara berlebihan dan stressor lainnya, dengan memastikan tingkat higienis yang baik. Kontrol Candida melalui pengobatan air minum kadang merupakan pencegahan yang praktis dengan pemberian disinfektan.

1.Aspergillosis (Brooder Pneumonia)
Penyakit ini menyerang pada ayam muda dengan memiliki kasus kematian yang tinggi, sedangkan ayam dewasa dalam bentuk yang kronis, penyebabnya adalah jamur yang bernama Aspergillosis Fumigatus berbentuk organisme yang hidup dilingkungan peternakan, terutama pada litter dan pakan ternak yang lembab atau bahkan pada kayu atau material yang lembab.
Penyebaran penyakit ini terjadi apabila terjadi kontak antara unggas dengan material yang telah terkontaminasi. Penyakit ini bukan merupakan penyakit infeksius atau penularan dari ayam ke ayam lainnya. Jamur ini memproduksi lesi seperti area nodul yang keras pada paru-paru dan sekaligus menginfeksi kantung hawa, dengan bentuk seperti terkena infeksi sinus (sinusitis) atau chronic Respiratory Disease (CRD). Jamur ini juga dapat menginfeksi induk semangnya langsung atau ditumbuhkan pada materi ransum tertentu, untuk dapat berkembang jamur memerlukan suhu kelembaban 15-20% dengan kelembaban relatif 80-85% pada suhu 36,2-37,8 0C. Oleh karena itu untuk mencegah tumbuhnya jamur suhu ditetapkan pada 4,5 0C sedangkan pemusnahannya pada suhu 71-100 0C
GEJALA
Gejala yang terjadi akibat penyakit ini pada ayam muda (akut) nampak megap-megap, mengantuk, tidak bergairah, malas, bulu berdiri, dan bergerombol, rasa haus yang meningkat, kerdil dan kadang terjadi kejang dan mati hal ini karena jamur menyebar ke otak dan menyebabkan kelumpuhan atau menimbulkan gejala serangan saraf. Sedangkan untuk ayam dewasa (kronis) nampak kehilangan nafsu makan, bersin, batuk, dan menjadi kurus, anemia, feses berwarna kuning, ngorok (mendengkur), menciap dan paruh terbuka, jengger menjadi gelap dan mengkerut, pial berwarna kebiruan. Pada saat jamur berhasil menyerang induk semang akan terjadi radang, kematian jaringan dan pembentukan nodula berupa tuberkel. Nodula dapat sebesar kacang hijau dan ditemukan di paru-paru, trachea, bronki, kantung udara, peritoneum dan alat-alat lain di rongga perut.
Penularan jamur terjadi dari ayam sakit ke ayam sehat melalui spora di udara, debu dan ransum yang masuk ke dalam tubuh ayam sehat. Aspergillosis juga dapat ditularkan melalui telur (egg borne aspergillosis) dengan masuk melalui kerabang telur selama proses inkubasi sehingga anak yang baru menetas telah terinfeksi.
PENCEGAHAN
encegahan penyakit biasanya dengan mencegah penggunaan litter, pakan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ayam terhindar dari kontaminasi jamur. Obat yang efektif untuk memberantas jamur adalah pemberian fungistat (mikostatin, Na atau Ca propionat, gentian violet) bersama dengan ransum. Namun jika ayam sudah terserang jamur dianjurkan untuk dimusnahkan.
  1. Mycotoxicosis
Jamur ini disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh jamur (mycotoxin) dapat tumbuh pada litter dan pakan, organic yang membusuk, biji-bijian, kacang-kacangan. Kontaminasi jamur dapat terjadi saat panen, selama transportasi, dan penyimpan pakan dan jika jamur terdapat toxin/racun termakan oleh unggas dapat menyebabkan kematian. Toxin yang dikeluarkan berasal dari metabolit. Metabolit jamur itu merupakan toxin yang sangat kuat bahkan ada yang menyejajarkannya dengan racun botulinum.
Beberapa tipe jamur menghasilkan toxin yang menyebabkan masalah pada peternakan, dan yang perlu diperhatikan pada industri peternakan adalah toxin yang dihasilkan oleh jamur. Diantaranya Racun yang berbahaya adalah Aflatoxin, Ochratoxin, Trichothecen, Zearalenone dan Citirinin
  1. Aflatoxicosis
Aspergillus flavus yang menghasilkan toxin bernama aflatoxin. Aspergillus flavus adalah jamur yang biasanya tumbuh pada beberapa media diantaranya biji-bijian dan kacang-kacangan. Saat ini diketahui ada 4 jenis aflatoxin yang sangat berpengaruh pada peternakan yaitu aflatoxin B1 (toxin yang paling kuat), B2, G1 dan G2. Beberapa aflatoxin menyebabkan kematian, pertumbuhan terhambat, penurunan produksi telur, penurunan daya tetas, dan menyebabkan immunosupresif.
Jamur aflatoxin dapat berada dipakan yaitu pada saat sebelum dan sesudah panen bahan baku (biji-bijian dan kacang-kacangan) selama penyimpanan dan transportasi pakan serta penyimpanan di gudang. Suhu tinggi, kelembaban, dan curah hujan yang tinggi merupakan factor kondusif bertumbuhnya jamur. Untuk mencegah tumbuhnya jamur pada bahan baku diharapkan penyimpanan pada 8-12 %
Akibat yang ditimbulkan dari aflatoxin adalah merusak kelenjar hati yang merupakan organ pembantu alat pencernaan dan bersifat immunosuppressan, sedangkan akibat lainnya adalah menurunnya performa produksi, terlambat pertumbuhan, dan menurunnya kualitas karkas, menurunnya selera makan yang berimbas pada kurangnya nutrisi pada ayam tersebut. Selain itu jika ayam tersebut dilaksanakan pembedahan dapat dilihat pembesaran, kepucatan, rapuh dan adanya peningkatan perlemakan pada hati, pembesaran ginjal dan limpa, pengecilan/atrofi dari jaringan limfoid seperti bursa fabrisius dan timus, serta pembesaran kelenjar empedu
  1. Ochratoxin
Ochratoxin dihasilkan oleh jamur Aspergillus ocharceceous dan jamur Penicillium viridicatum. Jamur ini menghasilkan racun pada kadar kelembaban relatif dan suhu yang cukup tinggi sedangkan Penicillium menghasilkan ochratoxin pada suhu yang lebih rendah bahkan suhu 5 0C
Gejala yang terjadi adalah untuk ayamm akut akan meningkatkan kematian, nafsu makan turun, konversi ransum jelek dan pertumbuhan berat badan terhambat, lesu, ayam nampak membungkuk, diare, gemetar dan gangguan saraf lainnya
Perubahan patologi anatomi ditemukan hati membesar, warna pucat disertai perdarahan, ginjal pucat dan peradangan usus.
  1. Trichothecen
Kelompok mycotoxin ini dihasilkan oleh Fusarium gramimenearum.
Gejala yang terjadi adalah pertumbuhan terhambat, depresi dan diare berdarah. Necrosa mukosa mulut merupakan gejala yang paling sering terjadi. Luka pada mulut berwarna putih sampai krem, borok biasanya terlihat pada tepi lidah dan sepanjang sisi dalam bagian atas dan bawah paruh.
Perubahan patologi terlihat mukosa gastrointestinal kemerah-merahan, hati bengkak dan berisi getah empedu berwarna burik, limpa mengecil dengan perdarahan visceral.
  1. Zearalenone
Dihasilkan oleh Fusarium graminearum dan F. roseum yang dapat mempengaruhi aktifitas hormon estrogen. Dampak yang terjadi adalah penurunan puncak produksi, namun tidak berpengaruh terhadap kesuburan dan daya tetas telur. Gejala umum yang terjadi adalah ascites, kista oviduk, dan penggelembungan oviduk dengan material fibrinous.
  1. Citrinin
Dihasilkan oleh Penicillium Citrinum dan bersifat nephrotoksik. Unggas yang terserang akan minum secara berlebihan sehingga diare. Gejala tersebut akan hilang apabila ransum diganti dengan waktu penyembuhan 8-10 jam. Citrinin tidak mempengaruhi kekebalan seluler dan humoral.
Penularan dapat terjadi apabila unggas mengkonsumsi ransum atau litter yang terkontaminasi mycotoxin.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menghambat tumbuhnya jamur dengan pengeringan bahan baku ransum pada kadar air maksimal 12% dan kelembaban maksimal 65%, selain itu pada bahan baku ransum, tempat makan dan minum dicuci dan di rendam dengan desinfektan yang mengandung senyawa iodine. Unggas yang telah terserang jamur ini tidak dapat disembuhkan oleh karena itu solusinya dengan meningkatkan daya tahan tubuh dengan pemberian asam amino berikatan dengan belerang, vitamin B, vitamin E, selenium antioksidan.

1. Penyakit pada Unggas Akibat Parasit Cacing
            Penyakit kecacingan disebut juga helminthiasis akan menyebabkan kerugian secara ekonomis, karena unggas penderita mengalami hambatan pertumbuhan, penurunan produksi telur, berat telur tidak bisa mencapai maksimal dan awal waktu bertelur yang tidak semestinya. Helminthiasis pada unggas disebabkan oleh cacing, yang secara umum terdiri dari tiga klas, yaitu klas Nematoda, Trematoda dan Cestoda.  Penyakit helminthiasis akibat cacing Nematoda disebut Nnematodosis, yang disebabkan Trematoda disebut Trematodosis dan yang disebabkan oleh Cestoda disebut Cestodosis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar