Penyakit yang di
sebabkan oleh virus
·
Rabies/Rhabdovirus
(anjing gila, sebagian menyerang kucing)
·
Rous
Sarcoma virus/RSV dan Bovine Papillomavirus (tumor pada ayam dan hewan lainnya)
·
New
Castle Desease (tatelo pada ayam)
·
Penyakit
mulut dan kuku (menyerang ternak)
Penyakit yang di sebabkan oleh bakteri
*Bacillus anthracisMerupakan bakteri penyebab penyakit antrax, yang biasanya menyerang hewan ternak. Namun pada perkembangannya penyakit tersebut dapat menular ke manusia melalui luka, inhalasi dan juga makanan.
Pencegahan terhadap penularan penyakit ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. pendidikan kesehatan agar pekerja di peternakan berhati-hati untuk menghindari terjadinya luka atau lecet dan menghindari kontaminasi luka/ lecet tersebut dengan bakteri.
b. Meningkatkan hygiene pribadi
c. Penggunaan masker dan alat-alat pengaman yang lain bagi pekerja yang bekerja di peternakan.
d. Vaksinasi
e. Meningkatkan daya tahan tubuh.
PROTOZOA
Protozoa adalah mikroorganisme
menyerupai hewan yang merupakan salah satu filum dari Kingdom Protista. Seluruh
kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan menggunakan
organel-organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan mitokondria.
Ciri-ciri umum :
- Organisme uniseluler (bersel tunggal)
- Eukariotik (memiliki membran nukleus)
- Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
- Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)
- Hidup bebas, saprofit atau parasit
- Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup
- Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela[3]
Ciri-ciri prozoa sebagai hewan
adalah gerakannya yang aktif dengan silia atau flagen, memili membrane sel dari zat lipoprotein,
dan bentuk tubuhnya ada yang bisa berubah-ubah. Adapun yang bercirikan sebagai
tumbuhan adalah ada jenis protozoa yang hidup autotrof. Ada yang bisa
berubag-ubah. Adapun yang mencirikan sebagai sebagai tumbuhan adalah ada jenis
protozoa yang hidup autotrof. Perkembangbiakan bakteri dan amuba
Perkembangbiakan amuba dan bakteri yang biasa dilakukan adalah dengan membela
diri. Dalam kondisi yang sesuai mereka mengadakan pembelahan secara setiap 15
menit. Peristiwa ini dimulai dengan pembelahan inti sel atau bahan inti menjadi
dua. Kemudian diikuti dengan pembelahan sitoplasmanya, menjadi dua yang
masing=masing menyelubungi inti selnya. Selanjutnya bagian tengah sitoplasma
menggenting diikuti dengan pemisahan sitoplasma.
Akhirnya setelah sitoplasma telah benar-benar terpisah, maka terbentuknya dua
sel baru yang masing=masing mempunyai inti baru dan sitoplasma yang baru pula.
Pada amuba bila keadan kurang baik, misalnya udara terlalu dingin atau panas
atau kurang makan, maka amuba akan membentu kista. Didalam kista amuba dapt membelah menjadi amuba-amuba
baru yang lebih kecil. Bila keadaan lingkungan telah baik kembali, maka dinding
kista akan pecah dan amuba-amuba baru tadi dapat keluar. Selanjudnya amuba ini
akan tumbuh setelah sampaipada ukuran tertentu dia akan membelah diri seperti
semula.[1]
- THRUSH (Candidiasis, Moniliasis, Sour Crop)
Penyakit ini menyerang pada saluran
pencernaan unggas dengan karakteristik penebalan dan plak putih pada mukosa
khususnya pada tembolok, bisa juga pada proventrikulus, usus, dan kloaka yang
berhubungan dengan keropeng ampela/gizzard erotion.
Penyebabnya adalah jamur Candida
Albicans, dengan angka kematian dan kesakitan yang diderita rendah.
Penyakit ini bermula pada oral/mulut
unggas, yang terjadi akibat penyakit ini adalah stress dan gizi yang jelek,
dengan gejala klinis berupa nafsu makan menurun, ayam lesu, gangguan pada
pertumbuhan dan diare. Lesio Post Mortum yang sering ditemukan adalah
terdapatnya plak putih dalam mulut, esophagus, tembolok, lambung kelenjar dan
usus.
Pengobatan menggunakan Nystatin (100
ppm dalam campuran pakan) selama 7-10 hari, cupri sulfat (1 kg/ton pakan)
selama 5 hari atau kupri sulfat 1gr/2 liter air minum selama 3 hari pemberian
Pencegahan dengan menghindari
penggunaan antibotik secara berlebihan dan stressor lainnya, dengan memastikan
tingkat higienis yang baik. Kontrol Candida melalui pengobatan air minum kadang
merupakan pencegahan yang praktis dengan pemberian disinfektan.
1.Aspergillosis (Brooder Pneumonia)
Penyakit ini menyerang pada ayam
muda dengan memiliki kasus kematian yang tinggi, sedangkan ayam dewasa dalam
bentuk yang kronis, penyebabnya adalah jamur yang bernama Aspergillosis
Fumigatus berbentuk organisme yang hidup dilingkungan peternakan, terutama
pada litter dan pakan ternak yang lembab atau bahkan pada kayu atau material
yang lembab.
Penyebaran penyakit ini terjadi
apabila terjadi kontak antara unggas dengan material yang telah terkontaminasi.
Penyakit ini bukan merupakan penyakit infeksius atau penularan dari ayam
ke ayam lainnya. Jamur ini memproduksi lesi seperti area nodul yang keras pada
paru-paru dan sekaligus menginfeksi kantung hawa, dengan bentuk seperti terkena
infeksi sinus (sinusitis) atau chronic Respiratory Disease (CRD).
Jamur ini juga dapat menginfeksi induk semangnya langsung atau ditumbuhkan pada
materi ransum tertentu, untuk dapat berkembang jamur memerlukan suhu kelembaban
15-20% dengan kelembaban relatif 80-85% pada suhu 36,2-37,8 0C. Oleh
karena itu untuk mencegah tumbuhnya jamur suhu ditetapkan pada 4,5 0C
sedangkan pemusnahannya pada suhu 71-100 0C
GEJALA
Gejala yang terjadi akibat penyakit ini pada ayam muda (akut) nampak
megap-megap, mengantuk, tidak bergairah, malas, bulu berdiri, dan bergerombol,
rasa haus yang meningkat, kerdil dan kadang terjadi kejang dan mati hal ini
karena jamur menyebar ke otak dan menyebabkan kelumpuhan atau menimbulkan
gejala serangan saraf. Sedangkan untuk ayam dewasa (kronis) nampak kehilangan
nafsu makan, bersin, batuk, dan menjadi kurus, anemia, feses berwarna kuning,
ngorok (mendengkur), menciap dan paruh terbuka, jengger menjadi gelap dan
mengkerut, pial berwarna kebiruan. Pada saat jamur berhasil menyerang induk
semang akan terjadi radang, kematian jaringan dan pembentukan nodula berupa tuberkel.
Nodula dapat sebesar kacang hijau dan ditemukan di paru-paru, trachea,
bronki, kantung udara, peritoneum dan alat-alat lain di rongga
perut.Penularan jamur terjadi dari ayam sakit ke ayam sehat melalui spora di udara, debu dan ransum yang masuk ke dalam tubuh ayam sehat. Aspergillosis juga dapat ditularkan melalui telur (egg borne aspergillosis) dengan masuk melalui kerabang telur selama proses inkubasi sehingga anak yang baru menetas telah terinfeksi.
PENCEGAHAN
encegahan penyakit biasanya dengan
mencegah penggunaan litter, pakan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
ayam terhindar dari kontaminasi jamur. Obat yang efektif untuk memberantas
jamur adalah pemberian fungistat (mikostatin, Na atau Ca propionat,
gentian violet) bersama dengan ransum. Namun jika ayam sudah terserang
jamur dianjurkan untuk dimusnahkan.
- Mycotoxicosis
Jamur ini disebabkan oleh racun yang
dihasilkan oleh jamur (mycotoxin) dapat tumbuh pada litter dan pakan,
organic yang membusuk, biji-bijian, kacang-kacangan. Kontaminasi jamur dapat
terjadi saat panen, selama transportasi, dan penyimpan pakan dan jika jamur
terdapat toxin/racun termakan oleh unggas dapat menyebabkan kematian. Toxin
yang dikeluarkan berasal dari metabolit. Metabolit jamur itu merupakan toxin
yang sangat kuat bahkan ada yang menyejajarkannya dengan racun botulinum.
Beberapa tipe jamur menghasilkan
toxin yang menyebabkan masalah pada peternakan, dan yang perlu diperhatikan
pada industri peternakan adalah toxin yang dihasilkan oleh jamur. Diantaranya
Racun yang berbahaya adalah Aflatoxin, Ochratoxin, Trichothecen, Zearalenone
dan Citirinin
- Aflatoxicosis
Aspergillus flavus yang menghasilkan toxin bernama aflatoxin. Aspergillus
flavus adalah jamur yang biasanya tumbuh pada beberapa media diantaranya
biji-bijian dan kacang-kacangan. Saat ini diketahui ada 4 jenis aflatoxin
yang sangat berpengaruh pada peternakan yaitu aflatoxin B1 (toxin yang
paling kuat), B2, G1 dan G2. Beberapa aflatoxin menyebabkan kematian,
pertumbuhan terhambat, penurunan produksi telur, penurunan daya tetas, dan
menyebabkan immunosupresif.
Jamur aflatoxin dapat berada
dipakan yaitu pada saat sebelum dan sesudah panen bahan baku (biji-bijian dan
kacang-kacangan) selama penyimpanan dan transportasi pakan serta penyimpanan di
gudang. Suhu tinggi, kelembaban, dan curah hujan yang tinggi merupakan factor
kondusif bertumbuhnya jamur. Untuk mencegah tumbuhnya jamur pada bahan baku
diharapkan penyimpanan pada 8-12 %
Akibat yang ditimbulkan dari aflatoxin
adalah merusak kelenjar hati yang merupakan organ pembantu alat pencernaan dan
bersifat immunosuppressan, sedangkan akibat lainnya adalah menurunnya
performa produksi, terlambat pertumbuhan, dan menurunnya kualitas karkas,
menurunnya selera makan yang berimbas pada kurangnya nutrisi pada ayam
tersebut. Selain itu jika ayam tersebut dilaksanakan pembedahan dapat dilihat
pembesaran, kepucatan, rapuh dan adanya peningkatan perlemakan pada hati,
pembesaran ginjal dan limpa, pengecilan/atrofi dari jaringan limfoid
seperti bursa fabrisius dan timus, serta pembesaran kelenjar empedu
- Ochratoxin
Ochratoxin dihasilkan oleh jamur Aspergillus ocharceceous dan
jamur Penicillium viridicatum. Jamur ini menghasilkan racun pada kadar
kelembaban relatif dan suhu yang cukup tinggi sedangkan Penicillium
menghasilkan ochratoxin pada suhu yang lebih rendah bahkan suhu 5 0C
Gejala yang terjadi adalah untuk
ayamm akut akan meningkatkan kematian, nafsu makan turun, konversi ransum jelek
dan pertumbuhan berat badan terhambat, lesu, ayam nampak membungkuk, diare,
gemetar dan gangguan saraf lainnya
Perubahan patologi anatomi ditemukan
hati membesar, warna pucat disertai perdarahan, ginjal pucat dan peradangan
usus.
- Trichothecen
Kelompok mycotoxin ini
dihasilkan oleh Fusarium gramimenearum.
Gejala yang terjadi adalah
pertumbuhan terhambat, depresi dan diare berdarah. Necrosa mukosa mulut
merupakan gejala yang paling sering terjadi. Luka pada mulut berwarna putih
sampai krem, borok biasanya terlihat pada tepi lidah dan sepanjang sisi dalam
bagian atas dan bawah paruh.
Perubahan patologi terlihat mukosa
gastrointestinal kemerah-merahan, hati bengkak dan berisi getah empedu
berwarna burik, limpa mengecil dengan perdarahan visceral.
- Zearalenone
Dihasilkan oleh Fusarium
graminearum dan F. roseum yang dapat mempengaruhi aktifitas hormon
estrogen. Dampak yang terjadi adalah penurunan puncak produksi, namun tidak
berpengaruh terhadap kesuburan dan daya tetas telur. Gejala umum yang terjadi
adalah ascites, kista oviduk, dan penggelembungan oviduk dengan material
fibrinous.
- Citrinin
Dihasilkan oleh Penicillium
Citrinum dan bersifat nephrotoksik. Unggas yang terserang akan minum
secara berlebihan sehingga diare. Gejala tersebut akan hilang apabila ransum
diganti dengan waktu penyembuhan 8-10 jam. Citrinin tidak mempengaruhi
kekebalan seluler dan humoral.
Penularan dapat terjadi apabila
unggas mengkonsumsi ransum atau litter yang terkontaminasi mycotoxin.
Pencegahan dapat dilakukan dengan
cara menghambat tumbuhnya jamur dengan pengeringan bahan baku ransum pada kadar
air maksimal 12% dan kelembaban maksimal 65%, selain itu pada bahan baku
ransum, tempat makan dan minum dicuci dan di rendam dengan desinfektan yang
mengandung senyawa iodine. Unggas yang telah terserang jamur ini tidak dapat
disembuhkan oleh karena itu solusinya dengan meningkatkan daya tahan tubuh
dengan pemberian asam amino berikatan dengan belerang, vitamin B, vitamin E,
selenium antioksidan.
Penyakit kecacingan disebut juga helminthiasis akan
menyebabkan kerugian secara ekonomis, karena unggas penderita mengalami
hambatan pertumbuhan, penurunan produksi telur, berat telur tidak bisa mencapai
maksimal dan awal waktu bertelur yang tidak semestinya. Helminthiasis pada
unggas disebabkan oleh cacing, yang secara umum terdiri dari tiga klas, yaitu
klas Nematoda, Trematoda dan Cestoda. Penyakit
helminthiasis akibat cacing Nematoda disebut Nnematodosis,
yang disebabkan Trematoda disebut Trematodosis dan yang
disebabkan oleh Cestoda disebut Cestodosis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar