Rabu, 18 September 2013

Penyakit pada hewan unggas

PENDAHULUAN
Penyakit infeksi pernapasan disamping oleh bakteri atau virus, jenis jamur juga berperanan sebagai penyebabnya. Salah satu dari jenis jamur pathogen adalah Aspergillus fumigatus. Penyakitnya dinamakan aspergillosis. Spesies lainnya yang dapat menginfeksi, tetapi kejadiannya jarang adalah A. flavus, A. niger, A. nidulans, A.terreus dan A. amstelodami (Al-Doory, 1980). Semua jenis unggas dapat terkena penyakit aspergillosis, termasuk unggas air. Kerugian bagi peternak adalah timbulnya penurunan produktivitas, telur dan daging, serta kematian pada anak ayam umur sehari di penetasan. Pada ayam muda dimasa pertumbuhan kematian bisa mencapai 10 - 30 %. Pengenalan penyakit sulit dilakukan pada unggas masih hidup, karena gejala klinis tidak bisa dibedakan dengan penyakit pernapasan lainnya seperti oleh bakteri dan virus. Maka pemeriksaan dengan autopsi atau pembedahan diperlukan untuk melihat perubahan akibat penyakit pada alat pernapasan. Ciri khas dari aspergillosis akan tampak adanya bintik-bintik putih sebesar kepala jarum pentul di organ paru-paru, selaput rongga dada, dinding trakhea, selaput kantung hawa (air sac) dan selaput rongga perut. Bintik putih ini merupakan sarang-sarang dari infeksi jamur, yang dapat dilihat secara pemeriksaan mikroskop. Infeksi terjadi lewat pernapasan, dimana spora jamur terbawa oleh udara dan masuk saluran pernapasan menuju ke paru-paru. Aspergillus berkembang biak di sisa-sisa bahan organic tanaman, produk hasil pertanian dan kompos. Ini merupakan sumber dari infeksi.
JAMUR ASPERGILLUS
Aspergillus termasuk jamur atau cendawan renik, yang susunannya hanya dapat dilihat dengan alat mikroskop. Strukturnya terdiri dari hifa yang memanjang dan bercabang-cabang seperti ranting pohon, berbuku karena ada sekat atau septa. Kumpulan hifa yang terjalin satu sama lain membentuk miselium. Pada sekat atau septa ada lubang ditengahnya, sehingga ada saluran yang berhubungan di sepanjang hifa. Dari hifa muncul tangkai spora dengan ujungnya membesar berbentuk bulat atau lonjong, disebut vesikel, dan di permukaannya ditutupi oleh sterigmata bentuknya seperti vas bunga. Sel spora berbentuk bulat sampai lonjong terbentuk di bagian ujung dari sterigmata, membentuk rantai. Gambaran makro dilihat berdasarkan pengamatan koloni jamur yang ditumbuhkan di media agar khusus untuk jamur, yaitu Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Koloni aspergillus dikenali berdasarkan warna, permukaan, dan bagian dasar koloni serta adanya pigmen yang terbentuk dan mewarnai media. Aspergillus termasuk jenis kapang, karena mempunyai hifa atau miselium sejati, dan koloninya khas seperti kapas, karpet atau beludru. Hal ini dibedakan dengan jenis jamur lain yaitu kelompok ragi atau khamir yang mirip bakteri karena bersel satu. Jenis ragi ada juga yang bermiselium, dan disebut miselium semu, karena terbentuk dari sel-sel yang memanjang dan saling menyambung, tetapi mudah terurai.
Selain jenis yang menyebabkan penyakit, sebagian besar aspergillus adalah bersifat saprofit. Jenis ini dapat menguraikan senyawa organik dari sisa-sisa tanaman atau hewan menjadi senyawa non organik, dan ini sangat berguna bagi siklus berulang di lingkungan. Kelompok aspergillus yang merugikan selain yang patogen, dan menimbulkan penyakit aspergillosis, ada kelompok yang menghasilkan toksin (racun) dan merugikan bagi kesehatan hewan maupun manusia, yang disebut toksigenik. Tidak seperti jenis patogen yang dapat menimbulkan efek bagi induk semang dalam waktu pendek, yang toksigenik menimbulkan efek dengan memerlukan waktu yang lama, karena akibat dari akumulasi zat toksin yang terkandung di dalam bahan makanan, baik pada hewan maupun manusia (Raper dan Fennell, 1973).
PERJALANAN PENYAKIT :
Infeksi terjadi karena penghirupan spora yang terbawa di udara pernapasan yang tercemar. Hal ini terjadi karena adanya sumber infeksi, yaitu jamur aspergillus yang berkembang biak pada bahan-bahan seperti litter atau alas kandang, untuk itu biasanya digunakan sekam, jerami atau serbuk kayu, bahan pakan merupakan produk pertanian, yaitu biji-bijian, dedak dan bungkil merupakan media subur bagi pertumbuhan aspergillus. Pada perusahaan penetasan telur, mesin tetas sering tercemar oleh spora aspergillus dan dapat menginfeksi anak ayam yang baru ditetaskan (DOC). Kejadian ini kemungkinan disebabkan karena adanya pencemaran telur oleh spora aspergillus sewaktu pengambilan telur dari kandang. Kulit kerabang telur mempunyai lubang pori-pori yang bisa ditembus oleh spora, dan lalu menginfeksi embryo, bila keadaan basah atau lembab seperti adanya telur yang pecah maka isi cairan dari telur akan memberi kondisi yang baik untuk perkembangan spora, bulu-bulu (flup) dari anak ayam /DOC yang berterbangan di ruang mesin tetas akan menjadi pembawa sopra dan menyebarkannya. Di peternakan itik penetasan dilakukan di inkubator buatan, dan telur disimpan dengan menggunakan alas dari jerami, dan ini kemungkinan sebagai sumber infeksi dari spora aspergillus yang berkembang di jerami.
Kompos dilingkungan peternakan juga merupakan sumber bagi spora, apalagi untuk negeri tropis seperti Indonesia, hal ini akan mendukung perkembangan dari jamur aspergillus (Aisworth dan Austwick, 1973). Spora yang masuk lewat saluran pernapasan, trakhea, bronkhus dan cabang – cabangnya sampai ke alveol paru-paru akan berkembang lalu bertunas memanjang membentuk hifa, dan menimbulkan penyakit bersifat akut. Infeksi terjadi setelah 4 – 5 hari dimana hifa memanjang lurus dan belum bercabang, ujungnya membengkak, tumpul dan menginvasi jaringan. Keadaan ini menimbulkan reaksi radang, dan mengakibatkan penyakit menahun (kronis), terutama pada induk semang dewasa (Raper dan Fennell,1973). Kejadian kronis akan membentuk jaringan granuloma, yang terbentuk dari sekumpulan hifa yang bercabang-cabang dan membentuk masa padat, disebut bola jamur (fungus ball). Sarang-sarang infeksi yang berwarna putih bisa bersatu satu sama lain, dan membentuk masa perkejuan di paru-paru atau rongga perut (kantung hawa). Selain adanya sumber infeksi, timbulnya penyakit juga disebabkan oleh faktor lain seperti unggas yang mengalami stress dan kelelahan terutama pada pengiriman dalam jarak jauh, atau burung – burung kesayangan yang dikurung di dalam sangkar atau dalam masa karantina (Ainsworth dan Austwick,1973; Jungerman dan Schwartzman , 1972). Daya tahan tubuh yang berhubungan dengan pembentukkan antibodi, mempengaruhi kejadian infeksi penyakit. Sehingga faktor-faktor seperti disebutkan diatas mempengaruhi dan menurunkan kadar antibodi. Pemberian antibiotik dan hormon kortikosteroid menimbulkan efek yang sama, dan meninggikan kejadian penyakit (Jugerman dan Schwartzman, 1972).
DIAGNOSA PENYAKIT :
Akibat penyakit menimbulkan gangguan pernapasan, yaitu terlihat kesulitan bernapas (sesak napas), ngorok, mengantuk, dan tidak napsumakan.. Pada ayam tetas kejadian ini disebut ”Brooder pneumonia”. Keadaan ini adalah akut, gejala disertai dengan diare dan kematian dengan cepat. Pada yang kronis terjadi setelah kejadian akut, perkembangannya tidak terdeteksi karena perjalanannya secara lambat, dan baru disadari setelah ada gejala sulit napas. Pada peternakan ayam petelur terjadi penurunan produksi, dan pada ayam pedaging penurunan bobot. Pengenalan penyakit aspergillosis pernapasan akan dikelirukan oleh penyakit pernapasan infeksi bakteri atau virus (Raper dan Fennell, 1973; Jungermann dan Schwartzman, 1970). Maka pemeriksaan umumnya dilakukan pada unggas yang mati atau dibunuh. Pada pembedahan akan terlihat paru-paru berbintik-bintik (nodul-nodul) yang berwarna putih, jaringan paru-paru berwarna merah gelap, keras dan padat. Nodul terjadi juga di trakhea, dinding rongga dada dan kantung hawa dengan ukuran diameter 1-3 mm. Setiap nodul dikelilingi zona infiltrasi kehitaman, sedangkan jaringan selebihnya normal (O’Meara dan Witter, 1971; Ainsworth dan Austwick, 1973; Hofstad dkk., 1984). Pada kantung hawa biasanya terjadi perkejuan berwarna putih. Di saluran pernapasan, hifa jamur menyelusup ke dindingnya menembus selaput lendir mukosa. Pada telur tetas, spora aspergillus berkembang dengan baik di permukaan selaput rongga hawa, dengan terlihatnya lapisan berwarna hijau. Hal ini merupakan penyebab terjadinya kematian pada anak ayam atau itik di dalam telur tetas di peternakan pembibitan. Pemeriksaan secara mikroskopis dari jaringan paru-paru atau bagian lainnya yang mengandung sarang-sarang infeksi, dilakukan dengan menggunakan larutan KOH atau NaOH 10-20 %, akan terlihat gambaran hifa yang bercabang dan bersekat. Dengan pewarnaan histopatologi Hematoksilin dan Eosin (HE) atau Grocott methenamine silver (GMS), akan tampak zona nekrosis, berserabut fibrin atau perkapuran, dan hifa dikelilingi oleh sel eosinofil, sel raksasa dan limfosit (Kraneveld dan Djaenoedin, 1952; Raper dan Fennell, 1973; Ainsworth dan Austwick, 1973). Pemeriksaan sarang infeksi secara kultural atau pembiakan di media jamur Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dan diinkubasi pada suhu 37 oC, 3 hari setelah inkubasi akan menunjukkan pertumbuhan koloni aspergillus. Aspergillus fumigatus bisa tumbuh pada suhu dari 15 o C– 50 o C. Koloni A. fumigatus mula-mula berwarna putih, lalu akan menjadi hijau kebiruan, permukaannya halus seperti beludru, pipih dan berdiameter 1 – 2 cm. Diagnosa dengan uji serologi, deteksi kadar antibodi terhadap aspergillosis di dalam serum, yaitu dengan cara Elisa atau reaksi komplemen, dapat dilakukan untuk mengetahui persentase ayam dalam suatu populasi yang mengandung kadar antibodi (Gholib, 2005).
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN :
Yang terpenting untuk pencegahan penyakit aspergillosis adalah menjaga kebersihan dengan mencegah atau mengurangi perkembang biakkan jamur di lingkungan yang berperanan sebagai media bagi pertumbuhan jamur, seperti produk petanian untuk bahan pakan, terjaga kualitasnya, tersimpan dengan baik, penggantian litter di kandang secara teratur, cukup sinar matahari yang masuk ke kandang, sirkulasi udara cukup dan sanitasi lingkungan dengan mengatur pembuangan kotoran di kandang. Pakan sebagai stok persediaan yang disimpan di gudang, sebaiknya diatur sehingga tidak akan tersimpan terlalu lama, maka pakan harus segera habis, karena pencemaran oleh spora jamur di lapangan tidak bisa dicegah baik sebelum maupun sesudah panen. Disamping itu populasi kandang sebaiknya tidak padat, terutama pada ayam pedaging, umumnya menggunakan kandang sistem litter, dan rata-rata masa pemeliharaannya selama 2 – 3 bulan, dimana umur ayam relatif masih muda, maka akan sangat peka oleh serangan aspergillosis. Pengobatan terhadap penyakit aspergillosis tidak umum dilakukan, karena disamping pendiagnosaan penyakit semasa hidup tidak spesifik, bisa dikelirukan oleh penyakit pernapasan lain, juga tidak ekonomis mengingat harga obat komersil anti jamur mahal. Maka selama ini hanya faktor pencegahan penyakit yang diutamakan di dalam perusahaan peternakan unggas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar