Rabu, 18 September 2013

Penyakit-Penyakit pada hewan ternak



 
 Penyakit yang di sebabkan oleh virus
·         Rabies/Rhabdovirus (anjing gila, sebagian menyerang kucing)
·         Rous Sarcoma virus/RSV dan Bovine Papillomavirus (tumor pada ayam dan hewan lainnya)
·         New Castle Desease (tatelo pada ayam)
·         Penyakit mulut dan kuku (menyerang ternak)
Penyakit yang di sebabkan oleh bakteri
*Bacillus anthracis
Merupakan bakteri penyebab penyakit antrax, yang biasanya menyerang hewan ternak. Namun pada perkembangannya penyakit tersebut dapat menular ke manusia melalui luka, inhalasi dan juga makanan.
Pencegahan terhadap penularan penyakit ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. pendidikan kesehatan agar pekerja di peternakan berhati-hati untuk menghindari terjadinya luka atau lecet dan menghindari kontaminasi luka/ lecet tersebut dengan bakteri.
b. Meningkatkan hygiene pribadi
c. Penggunaan masker dan alat-alat pengaman yang lain bagi pekerja yang bekerja di peternakan.
d. Vaksinasi
e. Meningkatkan daya tahan tubuh.

PROTOZOA
Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu filum dari Kingdom Protista. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan menggunakan organel-organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan mitokondria. Ciri-ciri umum :
  • Organisme uniseluler (bersel tunggal)
  • Eukariotik (memiliki membran nukleus)
  • Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
  • Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)
  • Hidup bebas, saprofit atau parasit
  • Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup
  • Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela[3]
Ciri-ciri prozoa sebagai hewan adalah gerakannya yang aktif dengan silia atau flagen, memili membrane sel dari zat lipoprotein, dan bentuk tubuhnya ada yang bisa berubah-ubah. Adapun yang bercirikan sebagai tumbuhan adalah ada jenis protozoa yang hidup autotrof. Ada yang bisa berubag-ubah. Adapun yang mencirikan sebagai sebagai tumbuhan adalah ada jenis protozoa yang hidup autotrof. Perkembangbiakan bakteri dan amuba Perkembangbiakan amuba dan bakteri yang biasa dilakukan adalah dengan membela diri. Dalam kondisi yang sesuai mereka mengadakan pembelahan secara setiap 15 menit. Peristiwa ini dimulai dengan pembelahan inti sel atau bahan inti menjadi dua. Kemudian diikuti dengan pembelahan sitoplasmanya, menjadi dua yang masing=masing menyelubungi inti selnya. Selanjutnya bagian tengah sitoplasma menggenting diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Akhirnya setelah sitoplasma telah benar-benar terpisah, maka terbentuknya dua sel baru yang masing=masing mempunyai inti baru dan sitoplasma yang baru pula. Pada amuba bila keadan kurang baik, misalnya udara terlalu dingin atau panas atau kurang makan, maka amuba akan membentu kista. Didalam kista amuba dapt membelah menjadi amuba-amuba baru yang lebih kecil. Bila keadaan lingkungan telah baik kembali, maka dinding kista akan pecah dan amuba-amuba baru tadi dapat keluar. Selanjudnya amuba ini akan tumbuh setelah sampaipada ukuran tertentu dia akan membelah diri seperti semula.[1]

  1. THRUSH (Candidiasis, Moniliasis, Sour Crop)
Penyakit ini menyerang pada saluran pencernaan unggas dengan karakteristik penebalan dan plak putih pada mukosa khususnya pada tembolok, bisa juga pada proventrikulus, usus, dan kloaka yang berhubungan dengan keropeng ampela/gizzard erotion.
Penyebabnya adalah jamur Candida Albicans, dengan angka kematian dan kesakitan yang diderita rendah.
Penyakit ini bermula pada oral/mulut unggas, yang terjadi akibat penyakit ini adalah stress dan gizi yang jelek, dengan gejala klinis berupa nafsu makan menurun, ayam lesu, gangguan pada pertumbuhan dan diare. Lesio Post Mortum yang sering ditemukan adalah terdapatnya plak putih dalam mulut, esophagus, tembolok, lambung kelenjar dan usus.
Pengobatan menggunakan Nystatin (100 ppm dalam campuran pakan) selama 7-10 hari, cupri sulfat (1 kg/ton pakan) selama 5 hari atau kupri sulfat 1gr/2 liter air minum selama 3 hari pemberian
Pencegahan dengan menghindari penggunaan antibotik secara berlebihan dan stressor lainnya, dengan memastikan tingkat higienis yang baik. Kontrol Candida melalui pengobatan air minum kadang merupakan pencegahan yang praktis dengan pemberian disinfektan.

1.Aspergillosis (Brooder Pneumonia)
Penyakit ini menyerang pada ayam muda dengan memiliki kasus kematian yang tinggi, sedangkan ayam dewasa dalam bentuk yang kronis, penyebabnya adalah jamur yang bernama Aspergillosis Fumigatus berbentuk organisme yang hidup dilingkungan peternakan, terutama pada litter dan pakan ternak yang lembab atau bahkan pada kayu atau material yang lembab.
Penyebaran penyakit ini terjadi apabila terjadi kontak antara unggas dengan material yang telah terkontaminasi. Penyakit ini bukan merupakan penyakit infeksius atau penularan dari ayam ke ayam lainnya. Jamur ini memproduksi lesi seperti area nodul yang keras pada paru-paru dan sekaligus menginfeksi kantung hawa, dengan bentuk seperti terkena infeksi sinus (sinusitis) atau chronic Respiratory Disease (CRD). Jamur ini juga dapat menginfeksi induk semangnya langsung atau ditumbuhkan pada materi ransum tertentu, untuk dapat berkembang jamur memerlukan suhu kelembaban 15-20% dengan kelembaban relatif 80-85% pada suhu 36,2-37,8 0C. Oleh karena itu untuk mencegah tumbuhnya jamur suhu ditetapkan pada 4,5 0C sedangkan pemusnahannya pada suhu 71-100 0C
GEJALA
Gejala yang terjadi akibat penyakit ini pada ayam muda (akut) nampak megap-megap, mengantuk, tidak bergairah, malas, bulu berdiri, dan bergerombol, rasa haus yang meningkat, kerdil dan kadang terjadi kejang dan mati hal ini karena jamur menyebar ke otak dan menyebabkan kelumpuhan atau menimbulkan gejala serangan saraf. Sedangkan untuk ayam dewasa (kronis) nampak kehilangan nafsu makan, bersin, batuk, dan menjadi kurus, anemia, feses berwarna kuning, ngorok (mendengkur), menciap dan paruh terbuka, jengger menjadi gelap dan mengkerut, pial berwarna kebiruan. Pada saat jamur berhasil menyerang induk semang akan terjadi radang, kematian jaringan dan pembentukan nodula berupa tuberkel. Nodula dapat sebesar kacang hijau dan ditemukan di paru-paru, trachea, bronki, kantung udara, peritoneum dan alat-alat lain di rongga perut.
Penularan jamur terjadi dari ayam sakit ke ayam sehat melalui spora di udara, debu dan ransum yang masuk ke dalam tubuh ayam sehat. Aspergillosis juga dapat ditularkan melalui telur (egg borne aspergillosis) dengan masuk melalui kerabang telur selama proses inkubasi sehingga anak yang baru menetas telah terinfeksi.
PENCEGAHAN
encegahan penyakit biasanya dengan mencegah penggunaan litter, pakan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ayam terhindar dari kontaminasi jamur. Obat yang efektif untuk memberantas jamur adalah pemberian fungistat (mikostatin, Na atau Ca propionat, gentian violet) bersama dengan ransum. Namun jika ayam sudah terserang jamur dianjurkan untuk dimusnahkan.
  1. Mycotoxicosis
Jamur ini disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh jamur (mycotoxin) dapat tumbuh pada litter dan pakan, organic yang membusuk, biji-bijian, kacang-kacangan. Kontaminasi jamur dapat terjadi saat panen, selama transportasi, dan penyimpan pakan dan jika jamur terdapat toxin/racun termakan oleh unggas dapat menyebabkan kematian. Toxin yang dikeluarkan berasal dari metabolit. Metabolit jamur itu merupakan toxin yang sangat kuat bahkan ada yang menyejajarkannya dengan racun botulinum.
Beberapa tipe jamur menghasilkan toxin yang menyebabkan masalah pada peternakan, dan yang perlu diperhatikan pada industri peternakan adalah toxin yang dihasilkan oleh jamur. Diantaranya Racun yang berbahaya adalah Aflatoxin, Ochratoxin, Trichothecen, Zearalenone dan Citirinin
  1. Aflatoxicosis
Aspergillus flavus yang menghasilkan toxin bernama aflatoxin. Aspergillus flavus adalah jamur yang biasanya tumbuh pada beberapa media diantaranya biji-bijian dan kacang-kacangan. Saat ini diketahui ada 4 jenis aflatoxin yang sangat berpengaruh pada peternakan yaitu aflatoxin B1 (toxin yang paling kuat), B2, G1 dan G2. Beberapa aflatoxin menyebabkan kematian, pertumbuhan terhambat, penurunan produksi telur, penurunan daya tetas, dan menyebabkan immunosupresif.
Jamur aflatoxin dapat berada dipakan yaitu pada saat sebelum dan sesudah panen bahan baku (biji-bijian dan kacang-kacangan) selama penyimpanan dan transportasi pakan serta penyimpanan di gudang. Suhu tinggi, kelembaban, dan curah hujan yang tinggi merupakan factor kondusif bertumbuhnya jamur. Untuk mencegah tumbuhnya jamur pada bahan baku diharapkan penyimpanan pada 8-12 %
Akibat yang ditimbulkan dari aflatoxin adalah merusak kelenjar hati yang merupakan organ pembantu alat pencernaan dan bersifat immunosuppressan, sedangkan akibat lainnya adalah menurunnya performa produksi, terlambat pertumbuhan, dan menurunnya kualitas karkas, menurunnya selera makan yang berimbas pada kurangnya nutrisi pada ayam tersebut. Selain itu jika ayam tersebut dilaksanakan pembedahan dapat dilihat pembesaran, kepucatan, rapuh dan adanya peningkatan perlemakan pada hati, pembesaran ginjal dan limpa, pengecilan/atrofi dari jaringan limfoid seperti bursa fabrisius dan timus, serta pembesaran kelenjar empedu
  1. Ochratoxin
Ochratoxin dihasilkan oleh jamur Aspergillus ocharceceous dan jamur Penicillium viridicatum. Jamur ini menghasilkan racun pada kadar kelembaban relatif dan suhu yang cukup tinggi sedangkan Penicillium menghasilkan ochratoxin pada suhu yang lebih rendah bahkan suhu 5 0C
Gejala yang terjadi adalah untuk ayamm akut akan meningkatkan kematian, nafsu makan turun, konversi ransum jelek dan pertumbuhan berat badan terhambat, lesu, ayam nampak membungkuk, diare, gemetar dan gangguan saraf lainnya
Perubahan patologi anatomi ditemukan hati membesar, warna pucat disertai perdarahan, ginjal pucat dan peradangan usus.
  1. Trichothecen
Kelompok mycotoxin ini dihasilkan oleh Fusarium gramimenearum.
Gejala yang terjadi adalah pertumbuhan terhambat, depresi dan diare berdarah. Necrosa mukosa mulut merupakan gejala yang paling sering terjadi. Luka pada mulut berwarna putih sampai krem, borok biasanya terlihat pada tepi lidah dan sepanjang sisi dalam bagian atas dan bawah paruh.
Perubahan patologi terlihat mukosa gastrointestinal kemerah-merahan, hati bengkak dan berisi getah empedu berwarna burik, limpa mengecil dengan perdarahan visceral.
  1. Zearalenone
Dihasilkan oleh Fusarium graminearum dan F. roseum yang dapat mempengaruhi aktifitas hormon estrogen. Dampak yang terjadi adalah penurunan puncak produksi, namun tidak berpengaruh terhadap kesuburan dan daya tetas telur. Gejala umum yang terjadi adalah ascites, kista oviduk, dan penggelembungan oviduk dengan material fibrinous.
  1. Citrinin
Dihasilkan oleh Penicillium Citrinum dan bersifat nephrotoksik. Unggas yang terserang akan minum secara berlebihan sehingga diare. Gejala tersebut akan hilang apabila ransum diganti dengan waktu penyembuhan 8-10 jam. Citrinin tidak mempengaruhi kekebalan seluler dan humoral.
Penularan dapat terjadi apabila unggas mengkonsumsi ransum atau litter yang terkontaminasi mycotoxin.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menghambat tumbuhnya jamur dengan pengeringan bahan baku ransum pada kadar air maksimal 12% dan kelembaban maksimal 65%, selain itu pada bahan baku ransum, tempat makan dan minum dicuci dan di rendam dengan desinfektan yang mengandung senyawa iodine. Unggas yang telah terserang jamur ini tidak dapat disembuhkan oleh karena itu solusinya dengan meningkatkan daya tahan tubuh dengan pemberian asam amino berikatan dengan belerang, vitamin B, vitamin E, selenium antioksidan.

1. Penyakit pada Unggas Akibat Parasit Cacing
            Penyakit kecacingan disebut juga helminthiasis akan menyebabkan kerugian secara ekonomis, karena unggas penderita mengalami hambatan pertumbuhan, penurunan produksi telur, berat telur tidak bisa mencapai maksimal dan awal waktu bertelur yang tidak semestinya. Helminthiasis pada unggas disebabkan oleh cacing, yang secara umum terdiri dari tiga klas, yaitu klas Nematoda, Trematoda dan Cestoda.  Penyakit helminthiasis akibat cacing Nematoda disebut Nnematodosis, yang disebabkan Trematoda disebut Trematodosis dan yang disebabkan oleh Cestoda disebut Cestodosis

ANATOMI ORGAN PENCERNAAN PADA TERNAK (KERBAU)



 ORGAN PENCERNAAN TERNAK (KERBAU)

o   Morfologi Kerbau
o   Anatomi
o   Sistem Gerak 
Alat gerak pada manusia dan  hewan mamalia adalah tulang dan otot. Tulang disebut alat gerak pasif, sedangkan otot disebut alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi sehingga dapat menggerakkan tulang. Sistem gerak pada mamalia adalah  tulang dan otot.
Tulang
Tulang-tulang dalam tubuh manusia menyusun suatu sistem kerangka. Tulang-tulang yang menyusun rangka mempunyai struktur yang beraneka ragam, sesuai dengan fungsinya. Secara umum fungsi rangka adalah:
  • menegakkan tubuh
  • sebagai alat gerak pasif
  • tempat melekatnya otot-otot rangka
  • melindungi alat-alat yang vital seperti otak, jantung, paru-paru dan lain sebagainya
  • tempat pembentukan sel-sel darah
  • tempat deposit kalsium dan fosfat
o   Sistem Pencernaan
Mekanisme pencernaan kerbau :
Mulut => kerongkongan => rumen => retikulum => kerongkongan => orasum => abomasum => usus halus => usus besar => anus.
Sistem pencernaan pada kerbau lebih berkembang dari pada manusia,pada manusia makanan yang kaya serat tidak dapat dicerna tetapi makanan utama kerbau adalah rumput. Rumput memiliki kadar selulosa yang tinggi sehingga sistem pencernaan pada kerbau termodifikasi. Oleh karena itu, kerbau juga disebut dengan hewan pemamah biak ( ruminansia) . Sistem pencernaan makanan pada kerbau lebih panjang dan kompleks.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_nQozwCSGR4G5a8BM6az2raVN99E3vNj8DcjRfnisOXzAyDN1ZXFnbAXi2cvCo4tBdvEBd4_l263LxDM_YOjHRUXzN9W8bOx65vfncf3CuCi9wgfYdawXIl-AXEdVo4LjIa1d3cNEaxM/s320/1+cara+mengetahui+umur+bibit+ternak+sapi+1.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF5l74FMEsQDkyi82Crx_2rXQjzxQOjTeehRiRclGmY2uEAXKzF4zNOnF-AbD5R7LLqvWOtLiabUzcOTpVrj5Z9AeVmPUjxlie9GI3lwC6C0YSTwJE73M2laET2W2G6ZqjKBgTfrt2c1g/s320/edit2.jpg
Gigi pada kerbau (Ruminansia) memiliki susunan gigi yang berbeda dengan manusia. Gigi yang termodifikasi pada kerbau adalah gigi graham karena diperlukan untuk mencerna makanan yang berserat. Gigi seri digunakan untuk menjepit rumput , gigi taring digunakan untuk memotong makanan yang berupa rumput, gigi graham depan dan gigi graham belakang digunakan untuk menghancurkan makanan. Pada kerbau lapisan email melintang dan tajam sehingga dapat menghancurkan makanan yang dia makan dengan sempurna.
Pada kerbau memiliki struktur esofagus yang dibedakan menjadi tiga yaitu rumen, retikulum, dan omasum. Setelah omasum ada ruang abomasum yang merupakan labung sesungguhnya. Rumput atau dedaunan yang dimakan dicampur dengan air liur, lalu dikunyah sebentar kemudian ditelan. Setelah memlalui esofagus, makanan akan diterusan ke lambung pertama yang disebut dengan rumen . Rumen adalah salah satu bagian lambung ternak ruminansia (memamah biak) seperti  kerbau. Rumen berisi bahan pakan yang dimakan oleh ternak yang berupa rumput/hijauan lainnya, dan pakan penguat (konsentrat). Di dalam rumen tersebut terjadi proses fermentasi oleh mikroorganisme (bakteri, protozoa, yeast, fungi). Di dalam rumen dan retikulum akan dicerna secara mekanik oleh gerakan dindingnya yang tebal. Pencernaan tersabut terjadi secara kimia oleh bakteri fermentasi ( respirasi anaaerob ) sehingga dihasilkan bubur makanan yang relatif masih kasar.
Apabila kerbau sudah merasa kenyang, pemasukan makanan dihentikan. Makanan yang berupa bubur kasar dari retikulum sedikit demi sedikit akan dikembalikan ke mulut dan akan mengalami pencernaan secara kimia oleh air ludah yang tingkat keasamannya netral. Di dalam mulut, selulosa alam akan diubah menjasi glukosa oleh enzim selulose. Selain itu, glukosa akan diubah menjadi asam lemak, CO2 , dan CH4. Setelah dari mulut, makanan yang menjadi lebih halus akan masuk ke omasum dan mengalami pencernaan ecara mekank, kemudian akan diteruskan ke dalam abomasum. Abomasum serupa dengan lambung manusia di dalam abomasum makanan akan mengalami pencernaan secara mekanik oleh dinding abomasum dan pencernaan secara kimia oleh enzim-enzim yang dihasilkannya. Di dalam abomasum masuk ke dalam usus halus untuk dicerna lebih lanjut. Pada kerbau, terdapat enzim selulose yang berfungsi mencerna enzim selulosa. Enzim ini tidak terdapat pada manusia. Oleh karena itu, feses pada kerbau lebih halus daripada feses rumansia yang lainnya.
o   Sistem Ekskresi
o   Sistem Respirasi
o   Sistem Sirkulasi
o   Sistem Endokorin
o   Sistem Koordinasi
o   Sistem Reproduksi
o   Klasifikasi Kerbau
Kingdom                     : Animalia
Filum                 : Chordata
Kelas                : Mamalia
Ordo                : Artiodactyla
Famili               : Bovidae
Sub Famili            : Buvinae
Genus              : Bubalus
Spesies                        : Bubalus Bubalis

Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah manusia terdiri atas darah dan alat peredaran darah. Darah terdiri atas bagian sel-sel darah dan plasma (cairan) darah, sedangkan alat peredaran darah terdiri atas jantung dan pembuluh darah. Di samping itu pada kerbau didapati peredaran limfe (getah bening) yang merupakan peredaran terbuka.
SEL-SEL DARAH
Fungsi darah:
1.      Sebagai alat transpor:
o    oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh
o    CO2 dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru dalam bentuk HCO3- (bikarbonat)
o    sari-sari makanan dari usus ke seluruh jaringan yang membutuhkan
o    sisa metabolisme dari seluruh jaringan tubuh ke alat pengeluaran (ekskresi)
o    hormon dari kelenjar endokrin (kelenjar buntu) ke bagian tubuh tertentu
2.      Mengatur keseimbangan asam dan basa
3.      Alat pertahanan tubuh dari infeksi kuman
4.      Mengatur stabilitas suhu tubuh
Sel-sel darah
1.     Sel darah merah (eritrosit)
·         satu milimeter kubik darah mengandung 4 – 6 juta sel
·         bentuknya bikonkaf
·         warna merah disebabkan oleh adanya pigmen yang disebut haemoglobin.
·         fungsi eritrosit adalah untuk mengangkut O2 dan CO2 serta menjaga keseimbangan pH darah.
·         dibentuk di dalam sumsum merah tulang pipih, sedang pada bayi sel darah merah dibentuk di dalam hati. 
·         sel darah manusia dan mamalia tidak berinti.
2. Sel darah putih (leukosit)
·         mempunyai inti
·         setiap 1 mm kubik  darah mengandung 5.000 – 9.000 sel
·         sel darah putih dapat bergerak bebas secara ameboid, dan dapat menembus dinding kapiler (kemampuan diapedesis)
·         fungsi sel darah putih untuk imunitas/melawan antigen yang masuk ke dalam tubuh
·         ada dua jenis, yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit terdiri atas: neutrofil, eosinofil, dan basofil. Sedangkan agranulosit terdiri atas limfosit dan monosit
·         dibentuk oleh jaringan retikulo endothelium disumsum tulang untuk yang granulosit, dan di kelenjar limpa untuk yang agranulosit.
3.     Sel darah pembeku (trombosit)
·         sering pula disebut keping-keping darah atau platelet
·         tidak berinti dan mudah pecah
·         dibuat oleh sel megakariosit di dalam sumsum tulang
·         trombosit penting dalam proses pembekuan darah
Sistem Respirasi
Pernapasan atau respirasi merupakan serangkaian langkah proses pengambilan oksigen dan pengeluaran sisa berupa karbondioksida dan uap air. Oksigen diperlukan oleh seluruh sel-sel tubuh dalam reaksi biokimia (oksidasi biologi) untuk menghasilkan energi berupa ATP (adenosin tri phosphat). Reaksi tersebut menghasilkan zat sisa berupa karbondioksida dan uap air yang kemudian dihembuskan keluar. Jadi tujuan respirasi sebenarnya adalah untuk membentuk ATP yang diperlukan untuk seluruh aktivitas kehidupan.
Berdasarkan tempat terjadinya pertukaran gas O2 dan CO2, pernapasan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
·         Pernapasan luar/respirasi eksternal, yaitu pertukaran O2 dalam alveolus dengan CO2 dalam darah.
·         Pernapasan dalam/respirasi internal, yaitu pertukaran gas O2 dengan CO2 dari aliran darah dengan sel-sel tubuh
Mekanisme Pernafasan
Gerakan pernapasan diatur oleh pusat pernapasan (medulla oblongata) yang terdapat di otak. Sedangkan keinginan bernafas adalah karena adanya rangsangan dari konsentrasi CO2 dalam darah. Bila kita menahan napas dalam waktu tertentu, maka dorongan untuk bernapas semakin besar. Ini terjadi karena kadar CO2 dalam darah semakin meningkat dan akan memacu pusat pernapasan agar organ pernapasan melakukan gerakan bernapas.
·         Inspirasi : Bila otot antar tulang rusuk berkontraksi, maka tulang rusuk terangkat, volume rongga dada akan membesar sehingga tekanan udara di dalamnya menjadi lebih kecil daripada tekanan udara luar, sehingga udara masuk ke paru-paru.
·         Ekspirasi : Bila otot antar tulang rusuk relaksasi, maka posisi tulang rusuk akan menurun, akibatnya volume rongga dada akan mengecil sehingga tekanan udara membesar, akibatnya udara terdorong ke luar dari paru-paru.
Sistem Ekskresi
Ekskresi adalah pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme tubuh yang tidak berguna, zat-zat-zat sisa ini dikeluarkan dari dalam tubuh melalui suatu sistem yang disebut sistem ekskresi. Zat-zat sisa ini jika tidak dibuang maka akan menjadi racun bagi tubuh.Ekskresi melibatkan organ-organ yang disebut sistem ekskresi yang berperan dalam menjaga keseimbangan tubuh dengan cara osmoregulasi atau mengatur konsentrasi bahan yang terlarut dalam cairan tubuh.
Sistem ekskresi pada kerbau meliputi organ – organ seperti
a.      Gijal ( ren )
Ginjal adalah organ eksresi yang paling utama, berjumlah sepasang yang terletak disebelah kiri dan kanan di dalam rongga tubuh kerbau, bentuknya seperti kacang merah.
Ginjal memiliki fungsi penting sebagai organ ekskresi dalam tubuh manusia, fungsi ginjal antara lain :
1)   Membuang sisa-sisa metabolisme seperti urea, asam urat, serta zat lain yang bersifat merugikan tubuh atau bersifat racun.
2)   Sebagai organ homeostatis seperti menjaga keseimbangan air dalam tubuh dan mengatur volume plasma darah dan air.
3)   Menjaga keseimbangan asam dan basa cairan darah dengan mengatur pH plasma dan cairan tubuh dengan cara mengekskresikan urine yang bersifat asam atau basa.
4)   Memelihara keseimbangan konsentrasi garam-garam tertentu serta menjaga tekanan osmosis.
5)   Menghasilkan zat-zat yang berguna bagi tubuh seperti Eritropoietin (EPO), Renin, dan Kalsitriol. Eritropoitin merangsang sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah merah.

Ginjal tersusun atas 3 (tiga) bagian yaitu korteks (kulit) yang merupakan bagian terluar ginjal, medula (sumsum ginjal), kemudian pelvis renalis yang merupakan ruang ginjal. Pada bagian korteks terdapat banyak sekali nefron, nefron adalah unit fungsional dan struktural terkecil pada ginjal, pada manusia terdapat kurang lebih satu juta nefron.
Nefron merupakan alat penyaring yang terdiri dari beberapa bagian antara lain :
1)   Badan Malpighi yang terdiri atas:
-      Glomerulus
-      Kapsula Bowman (menyelubungi glomerulus)
2)   Saluran Nefron (tubulus kontortus) yang terdiri atas :
-      Tubulus kontortus proksimal
-      Tubulus kontortus distal
-      Tubulus kontortus kolektifus
-      Lengkung Henle
Glomerulus berhubungan dengan arteriola aferen dan arteriola eferen, sehingga glomerulus ikut berperan mengatur tekanan darah. Glomerulus berfungsi sebagai penyaring cairan darah.Pada medula(sumsum ginjal) terdapat piramida dan piala ginjal yang mengandung pembuluh-pembuluh yang berfungsi untuk menampung hasil ekskresi, pembuluh-pembuluh ini terhubung dengan ureter yang bermuara pada kantong kemih. Kantong kemih merupakan tempat penampungan urine sementara dan jika telah penuh urine akan dikeluarkan melalui saluran uretra.
Ginjal berperan dalam proses pembentukan urine yang melewati beberapa proses yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (pengeluaran zat-zat sisa).

1)   Filtrasi
Pembentukan urine diawali melalui proses filtrasi yang terjadi di glomerulus yang diawali dari darah yang dipompa masuk melalui arteriola aferen, arteriola aferen memiliki diameter lebih besar dan lebih pendek dari arteriola eferen yang berdiameter lebih kecil dan lebih panjang, kondisi ini yang menyebabkan tekanan darah di arteriola aferen lebih tinggi daripada arteriola eferen sehingga filtrasi dapat memungkinkan terjadi. Pada proses ini berliter-liter darah didorong masuk ke dalam glomerulus yang berukuran kecil.

Di glomerulus terdapat suatu struktur sel-sel kapiler endotelium yang berpori, membran basiler dan epitel kapsula bowman yang mempermudah proses filtrasi, faktor-faktor lain yang mempermudah dan mendorong filtrasi adalah tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik.

Pada proses filtrasi, sel-sel darah, trombosit, serta sebagian protein plasma disaring serta diikat agar tidak turut dikeluarkan, sedangkan zat-zat lain seperti urea, glukosa, asam amino, natrium, kalium, serta garam-garam lain dapat melewati saringan dan dapat diendapkan. Hal ini terjadi karena ukuran zat-zat ini lebih kecil sehingga dapat melewati membran.

Hasil dari filtrasi adalah urine primer yang komposisinya masih serupa dengan darah hanya tidak mengandung beberapa elemen selular seperti sel darah merah, selanjutnya cairan filtrasi dari glomerulus akan menuju tubulus dan mengalami reabsorpsi.

2)   Reabsorpsi
Pada prosesnya reabsorpsi terjadi penyerapan kembali zat-zat berikut.
a)   Reabsorpsi Air.
Air yang dapat menebus membran filtrasi akan diabsorpsi sebelum mencapai ureter. Reabsorpsi air terjadi di tubulus kontortus proksimal dan di tubulus kontortus
distal. Di tubulus kontortus proksimal terjadi proses reabsorpsi pasif melalui proses osmosis dan di tubulus kontortus distal terjadi proses reabsorpsi aktif yang disebut reabsorpsi fakultatif yang berlangsung sesuai kebutuhan. Reabsorpsi di tubulus kontortus distal dipengaruhi oleh hormon Antidiuretik (ADH) yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis.

b)   Reabsorpsi zat-zat yang penting bagi tubuh.
Beberapa zat-zat penting bagi tubuh seperti protein, asam amino, glukosa, asam asetat dan vitamin akan direabsorpsi secara aktif di tubulus proksimal sehingga tidak ditemukan lagi di lengkung Henle.

c)   Reabsorpsi zat-zat tertentu
Reabsorpsi zat-zat tertentu dapat terjadi secara transpor aktif dan difusi, zat-zat itu antara lain Na+, K+, PO4-, NO-3. Ion-ion khususnya ion Na+ mengalami difusi dari sel tubulus menuju pembuluh kapiler. Difusi dapat terjadi karena perbedaan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel tubulus.

Setelah proses reabsorpsi maka tubulus akan menghasilkan urine sekunder, dimana zat-zat yang masih diperlukan tidak ditemukan lagi, sedangkan konsentrasi zat-zat yang merugikan tubuh atau bersifat racun akan bertambah.

d)   Augmentasi
Augmentasi merupakan proses penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus distal, peristiwa ini disebut seksresi tubular. Sel-sel tubulus mensekresikan ion hidrogen (NH3) dan ion kalium (K+) ke dalam tubulus dengan proses difusi, penambahan ion hidrogen dimaksudkan untuk menjaga pH..
b.      Hati ( hepar )
Hati memiliki warna merah tua. Hati dapat memperbaharui sel-sel yang sudah rusak karena luka atau penyakit. Sebagai organ ekskresi hati juga berfungsi sebagai kelenjar dalam sistem pencernaan. Hati mempunyai beberapa peranan penting dalam tubuh kerbau. Berikut beberapa fungsi hati:
1)      Hati merupakan tempat untuk menyimpan energy
2)      Hati berperan sebagai pembersih (detoksifikasi) zat-zat racun dan bibit penyakit.
3)      Hati membentuk beberapa jenis protein dan zat tertentu
4)      Hati sebagai tempat penyimpanan vitamin
5)      Hati dapat memproduksi cairan empedu

Hati terdiri dari dua lobus utama yaitu lobus kanan dan lobus kiri dengan posisi yang sedikit saling menindih. Dalam jaringan hati terdapat beberapa pembuluh darah yaitu arteri hepatika dan vena portal hepatika. Darah mengalir dari percabangan aorta menuju ke arteri hepatika dan menuju ke vena portal hepatika lalu keluar dari hati melalui vena hepatika. Pertemuan antara arteri hepatika dan vena portal hepatika membentuk sinusoid, pada sinusoid terjadi spesialisasi sel membentuk sel kupffer yang bertugas memfagositosis organisme asing dan zat-zat berbahaya, dari aktivitas fagositosis ini dihasilkan cairan bilirubin yang diekskresikan kanalikuli menjadi empedu.